It's just a glimpse of distraction and it's just happened.
It was somewhere in June, 2013 when he and I first met. We are just friend. We are not even close to each other, bahkan perkenalan kita absurb. Remember my story when I said "gak pernah terpikir saat itu akhirnya gue berani ngomong cuma dengan pancingan yang bikin senyum, pun gue gak pernah berniat cerita lagi ke siapa pun". Pertama kali janjian pergi karena gue minta bantuan untuk urusan temen gue. Entah gimana ceritanya dia memberanikan dirinya untuk gue bisa curhat sama dia, dia bilang "gue tuh jadinya lebih deket sama elo kali, Ri daripada si X".
Well, ya saat itu memang yang akhirnya gue ceritain hanya garis besarnya aja. Then come another day ketika gue nemenin dia nulis untuk buku barunya. Without much talking, I just sat in front him watching he's writing. Dan tiba-tiba dia "curhat" (sebenarnya nih anak ngarepnya gue yang curhat..Hahaha). Tapi entahlah saat itu gue gak mau bahas apapun lagi. It's like my gesture said "can we change the topic?". I guess he understood!
Tapi kekuatan gue untuk gak curhat cuma sebentar, semakin malem gue makin gak tahan untuk cerita (yaa, dipancing mulu sih yaa.. jadi bawaannya pengen meluruskan aja tuh cerita.. hahaha). Kala itu hari minggu di bulan Ramadhan yang akhirnya kita sepakat untuk sahur bareng sambil gue terus bercerita apa yang sebenarnya terjadi ketika itu. Anak ini cuma manggut dan bilang "gue baru tau kalo ceritanya segitunya", gue lanjutan dengan "apapun yang lo denger dari gue, gue gak minta elo mengerti bahkan memihak gue. Gue masih sanggup kok untuk membela diri karena gue tau gue gak salah (<--- anaknya gengsinya tinggi). It was midnight then I finally said "makasih yaa udah dengerin gue ceritaaa, asliek gue gak berhenti ngomong", hahaha... and he said "anything for you, Ri"
Then *sssiiingggg we never had any communication until "eh chuy, lo kalo lagi mo kerja dimana gitu kasih tau gue yaaa... udah lama nih gak blogging pengen nulis lagi gue". Dan suatu kita bertemu lah kita disuatu kafe bersama teman-temannya, yang mana saat itu rencana blogging gue gagal karena ke-distract sama promo airasia dan cebu (emang susnye banget gue buat fokusnya ...tsaahhh *ceritanya mendesah*), la la la la sampai akhirnya ada kesepatakan "OK gue bantuin!".
Again never had any communication until:
Line X : "Selasa kemana?"
Line Y : "mmhm, belum ada rencana sih. kenapa?"
Line X : "OK, bantuin gue yaa"
Line Y : "OK"
Dan bertemu lagi lah kita untuk merencanakan suatu perjalanan. Kala itu cukup lama yang membuat kita harus pindah tempat. Gak ada pembicaraan tentang kehidupan gue dan kehidupan dia karena kita sangat fokus sama rencana perjalanan ini, sampai akhirnya:
Line Y : "Gue lagi berantem"
Line X : "Lagi? sering banget sih berantem emang gak cape?"
Line Y : "Kali ini gue udah cape kok, makanya gue diemin. Biasanya kan gue masih nanyain". I just can't stand of not being respected, Dek! Gue bisa tahan untuk banyak hal, tapi untuk yang satu ini gak bisa, padahal gue udah memposisikan diri sebagai teman. Well, I guess he has someone now.
Line X : "Ya udahlah, kan gue udah bilang dari dulu. Lo nya cape sendiri kalo kayak gini terus"
Line Y : .......
And... before we say goodbye that day, before we shut our laptop down. He hug me. It's indeed a friendship hug. Without much talking my body reaction accepted that hug that I know I needed it. He know that I am tired, like literally tired! :')
*sssiiiiing not much conversation after that.
Well, it's not something that should be a further question. It's just happened and when someday we recall that moment, I believe that we will just smile. That was a moment when I finally realized that even a stranger care of me. Thanks for that hug, Dek! (tetep yaa gue panggil Dek, walaupun anaknya pernah bilang "beib is better".. Hahaha)
Ceritanya dulu nge-fans ama nih anak ampe minta tanda tangan, pas udah kenal. Yailah nyesel gue.. hahahahaha |
No comments:
Post a Comment