Long Weekend getaway kali ini akhirnya masih di Pulau Jawa, rencana pertama itu kalau gak ke Derawan di Kalimantan Timur atau Dodola di Maluku Utara (list #1 dan #2 dari 11 Destinasi di Indonesia yang pernah gue posted di blog ini). Sayang nasib baik keuangan sedang tidak berpihak ke gue, alhasil gue menunda kedua rencana diatas. Hey Maluku Utara, I'll see you next year!
Ini bukan kali pertama kunjungan gue ke Dieng. Di 2007 gue pernah ke Dieng untuk kerja. Saat itu gue belum sebegitunya sama traveling + ditambah kerjaan konsultan yang tiada henti dan tiada tara (#eh apa sih.. hehehe), jdnya saat itu gue cuma pergi kerja pulang kerja (PP Dieng Wonosobo) setiap hari secara penginapan gue di Surya Asia Wonosobo.
Dieng 2007 |
Dieng 2007 |
Sedikit harapan yang sia-sia, kalau aja waktu kerja itu gue tau tentang sunrise Dieng (1 dari 5 sunrise terbaik itu di Dieng, klik disini) gue pasti mencari cara untuk selalu bisa nikmatin sunrise dari tiga tempat berbeda. (Puncak Sikunir, Gardu, Candi Arjuna) - Best Spot to see Golden Sunrise in Dieng.
Dan perjalanan untuk ketiga kali nya ini pergi bareng Wanda, Rizka, Sylvana, dan Tessa. Rencana pertama itu pergi hari rabu malam ke Semarang nginep semalam dan Jumat pagi baru ke Dieng. Tapi karena gue mendadak ada urusan keluarga jadi yang berangkat duluan cuma Wanda, Rizka dan Sylvana, Tessa dan guenyusul berangkat kamis sore langsung ke Wonosobo.
Kamis siang dari dari Bogor gue dianter om ke terminal kampung rambutan untuk janjian sama Tessa jam 4 dan akan naik bus Sinar Jaya yang jam 5 ke Wonosobo. Tessa sempet suggest untuk berangkat dari Pinang Ranti karena dia udah cek ke petugas dishub kalau ada Sinar Jaya yang ke Wonosobo dari sana. Tapi gue memutuskan langsung ke kampung rambutan karena sampai gue udah mau nyampe kampung rambutan si Tessa masih belum menjawab message gue. Sampai di terminal masih jam 2 siang, akhirnya gue ke petugas terminal nanya mengenai keberangkatan Sinar Jaya. Sinar Jaya yang ke Wonosobo itu ada setiap 1 jam sekali, normalnya berangkat paling malam itu sekitar jam 7 atau 8 malam tapi kalo musim liburan biasanya paling sore jam 5 udah bus terakhir yang berangkat (mempertimbangkan macet dijalan).
Ketika sampai di Rambutan gue menghubungi Tessa, ternyata dia baru pulang dan sedang packing. Tiba-tiba gue berpikir untuk ke Pinang Ranti instead of nunggu tessa di Rambutan (alasan : pinang ranti lebih deket dari rumah Tessa dan gue punya waktu lebih banyak untuk kesana). Akhirnya gue bilang Tessa akan ke Pinang Ranti, belagunya gak pake tanya-tanya gue pilih naik Transjakarta! nyampe sih tapi ternyata muter-muter chuy. Dari rambutan gue naik yang ke arah Melayu dan harus turun di BNN untuk ganti naik yang ke arah Pinang Ranti, belum lagi macet di Pasar Kramat Jati. Alhasil gue nyampe Pinang Ranti udah jam 4-an juga. (setelah nya Tessa bilang kalo dari rambutan bisa naik angkot merah no. 40 lebih cepat! Sape suruh sotoy, Ri!! Hahaha). Di Pinang Ranti gue langsung samperin bus Sinar Jaya yang nge-tem, gue tanya dan Bapak supir itu bilang hari ini gak ada bus ke Wonosobo *mulai panik*. Demi mendapatkan kejelasan gue langsung ke loket Sinar Jaya dan memastikan perkataan si Bapak tadi. Tenyata beneran aja gitu Sinar Jaya gak ada yang berangkat ke Wonosobo hari ini *tambah panik* gue langsung bbm Tessa. Setelah dapat penjelasan, kita mulai berasumsi si Bapak Dishub itu memang tak tau jadwal pasti Sinar Jaya.
Sebaiknya untuk kejelasan tanya langsung ke loket bus terkait! Jangan tanya Dishub atau Supir. Seketika itu juga kita langsung naik angkot 40 balik lagi ke Rambutan (dan ternyata memang cuma 15 menit sodara-sodara!! Hahaha). Just nice, nyampe rambutan jam 5 kurang ada Sinar Jaya ekonomi AC yang mau berangkat, tanpa pikir panjang kita langsung naik dan kebetulan tinggal 2 kursi. Naiklah kita bus itu walaupun harus duduk pisah.
Gue akan menyebut trip ini dengan perjalanan cantik karena gue akan bercerita "women make-up and fashion thing" yang kita lakukan selama perjalanan. Sebernarnya Ini bukan kali pertama ketika nge-trip gue dan teman-teman bawa make-up + wardrobe buat foto..hahaha, ketauan kan backpacker gadungan. Tapi ya gue prefer disebut traveler to backpacker. Kalau dibilang traveler cantik lebih senang..Hehehe :d
Perjalanan ke Wonosobo kurang lebih 12 jam. Bus ini dua kali berhenti dan karena kelas ekonomi gak dapat makan malam. Berhenti pertama di daerah Purbolinggo, ditempat ini gue makan malam secara kita gak prepare bawa snack or popmie. Paket makanan disini 15.000 / org dengan 1 lauk 1 sayur dan nasi. Rasanya, ya gak usah dibilang deh.. buat gue makanan itu cuma enak sama enak banget...Hahaha jd gak bisa bgt tuh gue bilang makanan bener-bener gak enak, paling so so lah rasanya.
Pemberhentian kedua di daerah Purwokerto, disini kita cuma turun buat ke Toilet. Setelah dari toilet si Tessa sempet-sempet pake cream malam cantik#1, gue yg kadung ngantuk banget lebih milih tidur daripada bongkar-bongkar tas nyari cream yang entah ada dibelahan mana tas gue.
Selama perjalanan beberapa orang turun, saat itu sungguh tak tau berada di kota mana yang jelas ada bangku dua kosong, berpikirlah gue untuk pindah dan duduk berdua tessa. Cantik#2 Hell ya, It was around 3 o'clock in the morning when Tessa sat behind me and I just realized she wore "rol rambut" in her bangs!! Dang!! gue cuma bisa bengong. Baiklah kemanapun kita pergi, penampilan tetap nomor satu.
Nyampe di Wonosobo sekitar jam set.6 pagi dan sempet ngeliat sunrise cantik diantara Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, sayangnya gak sempet ke capture kamera..hehehe.
Cuma ini doank yang sempet difoto |
Kita naik angkot, sotoy berniat ke suatu taman bilang nya ke alun-alun, diturunkan lah kita di alun-alun. Tenyata tempat yang kita maksud itu namanya bukan alun-alun. Terlanjur di alun-alun jadilah kita puterin itu alun-alun sambil foto-foto, gak lama si Wanda ngasih tau kalau Bapak supir yang akan mengantar kita keliling Dieng sudah di Wonosobo, akhirnya kita minta dijemput si Bapak yang bernama Pak Widodo ini di alun-alun (I'll tell you about Pak Widodo later). Ketemu Pak Widodo kita minta diantar ke taman kota yang ternyata di sebelah RITA department store. (sebenarnya nama tempat itu bukan taman kota tapi maaf ya gue sungguh lupa namanya apa, my bad! short term memory loss!). Kenapa kita ke RITA department Store? Karena pas ketemu gue dan Tessa yang udah seger cinclong dengan baju full color plus aksesoris macam syal dan belt, sepertinya Pak Widodo merasa kalah trendy dengan kita jadi dia pengen ganti kemejanya dengan kaos...Baiklah!! (Bolehkan gue bilang ini Cantik#4 yang dilakukan Pak Widodo hihihi). RITA Department store merupakan satu-satunya mall di Wonosobo dan si Tessa again sempet-sempet nya beli baju disini --> Cantik#5 lah ya.
Tetap gaya bersama Tessa |
Bu Djono ini sepertinya cukup terkenal untuk penginapan dan restoran, letaknya di pertigaan jalan Dieng...(pertigaan jalan mane lagii.. macam terkenal aja ini pertigaan.. hehe). Kalau kalian bilang Bu Djono harusnya orang-orang sini sih pada tau yaa... Sampai disini ternyata penginapan kita dipindah ke penginapan Gunung Mas, tempatnya gak jauh dari Bu Djono tapi kalau jalan kaki lumayan juga.. hehe. Range harga di Penginapan Gunung Mas 125.000 - 250.000/kamar. Kamar 125.000 bisa untuk maksimal 3 orang, kamar mandi dalam tapi gak ada air panas. Kamar 150.000 juga bisa untuk maksimal 3 orang tapi ada fasilitas air panas (secara Dieng itu dingin banget ccynn...). Lalu kamar yang 250.000 fasilitas sama dengan kamar 150.000 hanya saja lebih luas, terletak diluar rumah dan ada balkon.
Tujuan pertama kita adalah Gardu, yang merupakan salah satu "a must visit in Dieng". Gardu ini menjadi salah satu tempat favorit untuk ngambil foto dengan latar belakang sawah dan gunung dari dataran tingginya Dieng. Dan sepanjang mata memandang hijau hijau lah ya.. another eyes refreshing (^_^). Satu lagi, tempat ini terkenal sebagai tempat favorite untuk liat "Golden Sunrise" di Dieng. Walaupun gue gak sempet liat sunrise ditempat ini, gue yakin pasti bagus.
Foto dari Gardu |
Ini gue gak dapat view yang bagus untuk Kawah Sikidang |
Dari sini kita lanjut ke Telaga Warna, merupakan danau Vulkanik yang berisi air bercampur dengan belerang. Karena kandungan bahan mineralnya saat terkena matahari danau ini kadang bisa berwarna biru kuning atau hijau kuning. Ketika gue kesana hari pertama lagi rada mendung, jadi belum dapat cahaya bagus untuk foto telaganya, tapi gue dapat campuran warna kuning hijau dari Telaga ini.
Telaga Warna *mendung* |
Karena merasa gak dapat view bagus, akhirnya kita memutuskan pindah tempat ke Komplek Candi Arjuna. Ketika disini cahaya matahari lagi terang mentereng ditambah bentuk awan yang lucu bikin kita jadi semangat untuk foto-foto. Candi Arjuna ini merupakan komplek candi Hindu, peninggalan dari abad 6-7 gitu. Gak banyak candi yang masih utuh, tapi gue gak inget ada berapa tepatnya candi yang masih kokoh berdiri. Sebagian udah tinggal puing-puing doank.
Berasa foto studio |
Sungguh senang foto-foto ditempat
ini, beneran bagus pencahayaannya dan didukung dengan pemandangan candi + awan
yang yang oke berat!. Jadilah kita disini hampir lupa waktu karena keasikan
foto dengan berbagai gaya!! Dasar wanita!! Hehehehe…
Menjelang sore, kita berencana
makan Mi Ongklok (Mi rebus yang dibuat dengan racikan khusus menggunakan kol,
daun kucai, dan kuah yang disebut ‘loh’ – Wikipedia) dan mi ini adanya di
Wonosobo. Jadilah kita pergi kesana walapun harus menempuh perjalanan kurang
lebih 2 jam PP.
Sampe dihotel kita siap-siap istirahat karena besok harus bangun super pagi demi kecintaan kita akan sunrise. Dan….. sebelum tidur kan ceritanya harus mandi kan yaa…. Dan ternyata dingin banget ajaaa gituuu….!!! Eh buset gimana salju ini maalee!!! -.-“ (secara mure, kamar kita gak ada air hangatnya!)
Sampe dihotel kita siap-siap istirahat karena besok harus bangun super pagi demi kecintaan kita akan sunrise. Dan….. sebelum tidur kan ceritanya harus mandi kan yaa…. Dan ternyata dingin banget ajaaa gituuu….!!! Eh buset gimana salju ini maalee!!! -.-“ (secara mure, kamar kita gak ada air hangatnya!)
Komplek Candi Arjuna |
Jam 3 dini hari kita udah harus
bangun dan siap-siap untuk mengejar sunrise yang rencananya di Puncak Sikunir
(sekitar 45 menit perjalanan dari penginapan Gunung Mas). Mandi?!!! Nehi-nehi
bala-bala lah ya…
Kita melewati Desa Sikunir, desa tertinggi se-Indonesia, disebut demikian karena Dieng merupakan Dataran Tinggi di Indonesia dan desa ini merupakan desa tertinggi di Dieng. Tweet gue saat itu #eh sempet-sempetnya :p *Berada di desa tertinggi se-Indonesia sesuatu banget! that's a blessed*
But hell ya, shit happened here. Gue dari awal tau kalo kita akan melihat sunrise, tapi gue gak tau kalau untuk ke
puncak sikunir harus by foot gak bisa naik kendaraan langsung. Jadi kita akan
naik gunung (literally) and you know what, gue gak bawa itu yang namanya sporty
shoes, sneakers, or kets. Yang ada gue naik gunung pake sepatu cantik!! Nangis
liat sepatu -.-“ - kesalahan karena gak sempet googling tentang sikunir.
Menuju puncak Sikunir itu gak
gampang Jendral! Tracking path nya emang udah ada tapi medannya cukup terjal
untuk orang amatiran macam gue. Licin
pula jalanan pagi-pagi itu kena embun. Kebayang donk yaa.. flat shoes cantik
dipake buat beginian! *tetep* :p
Tapiii…….ini konsep perjalanan gue dari sejak ke Pangandaran *bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian*. Untuk melihat sesuatu yang amazingly spectacular, memang dibutuhkan extra efforts. Sampailah kita di spot #1, dimana garis orange matahari udah mulai keluar. Spechless!! Kombinasi sunrise + gunung itu memang cantik! Tapi ternyata ini bukan spot yang dimaksud tour guide kita a.k.a Pak Widodo. Jadi belum sempet liat matahari keluar kita udah harus naik lagi keatas.Untuk mengenali spot itu, berhentilah ditempat pertama kali kalian liat orang kumpul nunggu sunrise.
Kemudian sampailah gue dengen pede
nya ke suatu tempat yang agak tinggi. Udah susah payah naiknya yang hampir 90 derajat, salah lagi aja
gitu tempatnya. Jadilah gue turun dengan dengan gaya main perosotan.
Inilah yang disebut spot
paling atas puncak sikunir, spot #2. Masih dengan usaha naik bukit yang hampir
90 derajat miringnya, kita harus bisa mencapai puncak ini. Dan.... May I called it "magnificient landscape"? Bagi yang pernah ke Bromo tempat ini mirip sunrise di Bromo (gue sih belum pernah *curcol*). Bagus?! harusnya! Disini kita gak cuma bisa ngeliat matahari terbit tapi juga tetapi juga pemandangan lima gunung di sekeliling Dataran Tinggi Dieng dengan keadaan masih berselimut kabut. Tapi kalau kebanyakan kabut juga jadinya malah kurang jelas pemandanganya, musti nunggu rada lama untuk liat gunung-gunung itu dan kita gak dapat moment bersih tanpa kabut untuk di foto cuma bisa dilihat..hicks. Dan lagi kalau gak kabut, kita bisa kesisi satunya untuk liat Telaga Kecebong dari puncak Sikunir ini.
Kegiatan kita waktu menunggu moment kabut menghilang adalah 'gak jelas'. Diatas sana dingin banget cyynnn!!! belasan derajat kayaknya itu dan gue gak bawa sarung tangan gue aja gitu.. yang ada kita mencari cara biar gak kedinginan. Dari mulai berpelukan sampai ngelakuin ritual-ritual gak penting biar banyak gerak... hahaha.. Kalau suatu saat ada yang cerita ngeliat 5 cewek aneh muter-muter + nyanyi-nyanyi gak jelas di dataran paling tinggi se-Indonesia, that's us!! (^_^). Gak kuat lama-lama karena dingin yang tak terkira, kita akhirnya turun. Belum puas sih, tapi daripada masuk angin kronis.
Cantik #6 Disini gue baru nyadar, walaupun kita harus bangun jam 3 pagi dengan mata masih ngantuk, tapi yang namanya cewek gak akan lupa yang namanya dandan. Terbukti si Wanda sempet-sempetnya pake eye-shadow, Rizka pake eye-liner, Tessa dengan Rol Rambutnya dan gue dengan penjepit bulu mata.
Berdasarkan pengalaman, gue bisa share hal yang kalian bisa lakukan untuk dapat ngeliat sunrise yang oke. Menurut gue spot #1 itu udah bagus, jadi kalian bisa tunggu disini beberapa saat sampai matahari muncul baru naik ke spot #2 untuk liat pemandangan 5 gunung tadi yang salah duanya Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. *moga-moga aja gak banyak kabut yaa - good luck*
Sebelum balik ternyata tempat kita parkir mobil sebelah sama Telaga Kecebong. Bagus pastinya! Dan pastinya lagi kita kudu yang namanya foto-foto dengan background Telaga Kecebong ini. Ditengah jalan kita juga sempet berhenti untuk foto-foto. Foto yang menunjukkan kalo Dieng itu beneran 'Negeri diatas awan'.
Sesuai dengan namannya, Dieng yang artinya The Abode
of God (Negeri Kayangan), tempat ini benar-benar Negeri diatas awan.
Being there, that's a blessed. *mau kok saya ngulang naik gunung lagi
walaupun cape*
Sampai di penginapan tanpa mandi kita ganti outfit. Colorful, pastinya *niat*<-- Cantik #7. Kemana kita setelah ini, Telaga Warna lagi tentunya! Demi mendapatkan foto dengan pencahayaan yang bagus. Dan memang bagus dengan 'mirroring lake' nya.
Menjelang siang kita sempet-sempetin nonton pemutaran film di Dieng Theater. Film yang diputar menceritakan mengenai perkembangan Dieng dari zaman dulu sampai sekarang. Cerita mengenai banyaknya orang meninggal karena gas bocor juga sedikit diulas. Perkembangan Dieng yang jadi lahan tumbuh kentang juga ada. Pastinya cerita mengenai kawah vulkanik yang ada di Dieng, juga sedikit legenda mengenai anak rambut gimbal.
Oh iya, ketika pertama kali kesini di 2007 gue diceritain mengenai orang yang bertapa dipinggir jalan tanpa makan minum. Orang ini duduk terus aja gitu, sampai warga sekitar akhirnya sering kasih makan minum dan dibuatin pelindung dari terpal. Di 2012 gue balik kesini, gue tanya tentang orang ini ke Pak Widodo dan ternyata masih ada. Wow... itu cerita udah 5 tahun yang lalu. Apakah orang tersebut masih hidup, huallah hu'alam bishowab.
Sebelum balik dan gak mau mandi di Dieng karena air sangat dingin, kita minta dianter ke pemandian Kalianget (didaerah antara Dieng dan Wonosobo), mau berendam di air hangat ceritanya. Wanda, Tessa dan Silvana nyemplung. Tapi si duo jilbab gue dan rizka yang males bawa baju basah secara kalau kita nyemplung ribet stadium 4 musti dobel-dobel, kita langsung mandi saja tanpa harus berenang-renang..hehehe..
Dijemput Pak Widodo lagi sekitar jam 2 siang. Saatnya balik ke Jakarta.....
12 hours on the road (one way). Seeing a
magnificent landscape from the highest point of Dieng Plateau. a
Wonderful "Telaga Warna". Beautiful clouds. Superb cold (probably 10
degree Celsius). That's a blessed. Adios Dieng! Really want to come back here soon to see the Golden Sunrise from another spot.
Sekilas tentang Pak Widodo.
Pak Widodo itu tour guide kita yang oke (menurut kita lohh!!). Oke lah untuk ukuran tour guide, kocak walaupun sering garing.. hehehe. Paling penting itu dia bisa Bahasa Inggris + Bahasa Cina, bukan kelas tour guide amatir lah. Belajar bahasa ini dia dapat waktu dia kerja di perusahaan ekspedisi di China. Terbukti ketika ketemu orang cina ke Dieng, dia dengan fasih menyapa orang-orang tersebut. Dan orang itu tentunya senang, ada orang lokal yang bisa bahasa mereka. Entah apa alasan dia untuk memilih balik ke Indonesia dan jadi guide, yang jelas dia dan kakaknya udah melanglang buana sebagai tour guide gak cuma di Dieng, dari Bali sampai Medan pun pernah. Kalau kalian mo ke Dieng dan butuh tour guide, contact lah Bapak ini di +6285269160599.
wooh, mantap sekali ini ulasan cantik-mode on nya :D
ReplyDeleteHehe,, terima kasih :D
Delete