Tanpa bermaksud plagiat tulisanya Ve Handojo, gue cuma pengen re-post tulisan dia dari buku The Journey 2 dengan judul "Berburu Gajah, Garuda dan Naga ke Trusmin". Menariknya dari tulisan ini adalah fakta dibalik kata "batik" yang mungkin banyak dari kita juga mengira batik adalah sebuah kain, tapi ternyata bukan.
Berikut ringkasan hal-hal yang menurut gue cukup penting untuk diketahui.
Ternyata batik bukan punya Indonesia saja! Menurut salah satu maestro Batik Indonesia yang sudah almarhum, Bapak Irwan Titra, secara harfiah “batik” adalah teknik menghias permukaan kain (tekstil) menggunakan metode menahan pewarna (dye resist). Banyak artefak-artefak berupa kain yang dihias dengan metode seperti ini. Yang paling tua itu asalnya dari Mesir pada abad keempat sebelum masehi, dan dari Cina pada abad kedepalan Masehi. Malaysia amat berhak meng-klaim bahwa mereka punya batik, tapi itu adalah Batik Malaysaia. Beda nya Batik Indonesia dengan Negara lain itu karena Indonesia melakukannya dengan teknik canting. Penggunaan canting untuk membuat batik tulis ini yang menjadikan batik Indonesia berbeda dengan yang lain-lain. Sementara itu, di Malaysia, orang membatik menggunakan kuas dan di Eropa tidak satu pun yang menggunakan canting.
Selain penggunaan canting, batik Indonesia juga menjadi istimewa karena nilainya yang melebihi dari kesadar bahan pakaian. Jadi begini, kalau kita Tanya ke pebatik Negara lain apa makna dibalik motif bunga mawar yang mereka gambar, maka mereka akan memandang kita dengan tatapan sinis dan bilang “Ya artinya bunga mawar! Mau makna apa lagi?!” Sementara, kalau kita ditanya apa makna sepasang sayap di sehelai kain Batik asal solo, bisa menjelaskan banyak hal tentang Indonesia.
Dan pengerjaan sehelai kain baik tulis memakan waktu empat bulan hingga setahun penuh. Kerumitan pembuatan sehelai batik tulis bukan hanya terletak di penggambaran motif-motif nya yang sangat detail, tapi juga diproses pewarnaannya yang rumit dan harus dilakukan berulang kali. Kain katunnya pun tidak bisa begitu saja langsung dibatik. Kain tersebut harus direbus dan didihkan dulu. Dipukul-pukul supaya seratnya bisa menerima malam dan diwarnai.
Berbagai proses yang rumit inilah yang sebenarnya diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Jadi jangan salah kaprah! UNESCO bukan “memberikan” atau “mentabiskan” batik sebagai milik Indonesia. UNESCO mengakui Batik Indonesia sebagai *Warisan Budaya Dunia Tak Benda*. Artinya, yang diakui bukannya “benda-nya”. Bukan sehelai kain batik. Bukan motif-motifnya. Yang diakui sebagai warisan budaya dunia adalah prosesnya. Tepatnya, proses pembuatan Batik Tulis, bukan batik cetakan atau sablonan.
Kalau masih ingin tau lebih banyak tentang Batik Indonesia atau tulisan Ve Handojo yang lain bisa buka di http://venhandojo.wordpress.com
Gianyar, Bali |
Salah satu foto ketika saya mengunjungi pembuatan batik tulis di Gianyar, Bali.
Batik tulis dengan teknik canting yang dinobatkan sebagai World Heritage "Warisan Budaya Tak Benda" oleh UNESCO.
No comments:
Post a Comment