Thursday, December 25, 2014

Eternal Sunshine of The Spotless Mind.

Ada yang tau film itu? Itu salah satu film favorite gue, kalo kata wikipedia sih ini. Intinya ini film tentang gimana menghapus kenangan tentang hubungan dengan seseorang, but at the end it won't work. Some say "when it's a heart's call, you just can't deny".

Entah kenapa gue memilih judul itu untuk tulisan ini, tulisan yang sebenarnya akan mencerikan tentang fase saturn return yang gue alami menjelang umur gue berubah ke kepala tiga. Inget tulisan sebelumnya disini. Kalimat menempa mental supaya menjalani kehidupan dengan cara terbaik di usia mendatang, nampaknya itu yang terjadi sama gue.

Beberapa tahun lalu, gue pernah mengalami fase "the lowest point of my life". Iya itu fase dimana gue pengen banget ilang ingatan untuk satu hal itu karena "it's so damn hurt". Lalu gue pernah nonton di The Good Doctor (korean drama.red), dimana si dokter yang mengalami autisme dan kejadian buruk pada masa kecilnya bilang "saya gak mau melupakan masa lalu saya walaupun itu menyakitkan, karena ketika saya berusaha sangat untuk melupakannya, memori sel otak akan kenangan baik bersamanya  akan hilang juga.  Saya cuma punya memori itu tentang Ibu saya, jadi saya gak mau melupakannya". Gue berasa 'deg'.. Iya ya mungkin karena itu gue bisa dibilang gak inget banyak hal tentang kejadian-kejadian yang terjadi beberapa tahun belakangan terutama sejak 2007. Berusaha sekuat tenaga untuk gak inget-inget bikin gue justru melupakan memori baik yang yang juga terjadi pada masa itu.



Kali ini gue gak mau melupakan kejadian yang bikin gue sakit, karena gue juga gak mau kehilangan memori baik yang mengikutinya. Nah, kejadian fase saturn return gue juga cukup bikin gue sakit hati, makan hati, dan penyakit hati lainnya. Tapi gue gak mau ngelupainnya.

Pernah kebayang harus ngurusin orang yang mau bunuh diri? Gak sama sekali!!!, tapi itu harus terjadi dalam hidup gue. Iya harus banget gue ngurusin orang lain, yang notabenennya temennya si mantan. Sebenarnya it's just the matter of choice sih, dan entah kenapa saat itu gue memilih untuk datang. Panggilan hati, mungkin! Tapi hati yang lain, yang mungkin tersakiti karena kejadian ini. Damn! berasa dejavu, kalimat "mencoba melindungi hati orang disayang, tapi justru tanpa sadar menyakiti hati orang lain, padahal hati orang yang disayang bertepuk sebelah tangan", terngiang-ngiang. OK untuk lebih jelasnya, orang yang gue maksud disini bukan orang yang dekat sama gue, intinya adalah saat itu gue harus banget ada diposisi yang sungguh gak mengenakan.

Setelah kejadian itu ternyata banyak rentetan kejadian lainnya yang bikin gue beneran harus kebal mental. Menjadi social media bullying, nyinyiran atau apapun itu istilahnya. Tapi saat itu gue merasa harus diam, merasa tidak berdaya, lagi demi melindungi hati orang disayang. Gue bukan takut atas semua nyinyiran itu, bahkan sebenarnya gue mampu membalas dengan nyinyiran lebih tajam "mau adu nyinyir sama saya?". Gue tau sangat gue bisa meledak melawan itu semua. Tapi itu semua gak bisa gue lakukan, karena kalau itu sampai terjadi artinya seluruh dunia harus tau ceritanya, and I won't that happened. It's just not a good thing to share. Sesungguhnya gue belajar menahan emosi dari kejadian ini. 

However, despite the bad thing, I had a good time with someone. Something absurd that reminded me "I can still feel it",  the absurd word called "love". It's just,, er it's not with the right person. That's the reason I won't forget, because I'm afraid I'll lost the one and only I had "the good memories" with him. 

Kejadian lainnya datang ketika pada akhirnya gue harus merelakan bokap gue dipanggil Pemiliknya. Iya ya gak nyambung emang, tapi semua kejadian itu terjadi di saat bersamaan. Pararel. Jadi tetep sebagai cobaan mental di fase saturn return gue. 

Berujung pada akhirnya gue menyerah pada keadaan dan mengiyakan untuk menghentikan hubungan gue dan seseorang. It's over but without full stop, there are another comma comma and comma until...........maybe until I write this story. It has to be finished for the sake of logical thinking. It's just I love him but I love my future even more. 

Kemudian datanglah pertanyan "kenapa?!" dari berbagai pihak, termasuk teman yang jadi merasa tidak dipercaya untuk mendengarkan cerita gue karena mungkin mereka tidak puas dengan jawaban gue yang "ya emang gak bisa aja". Wahai teman, saudara, handai tolan... I did it with a purpose, percayalah I bet you don't wanna know. Gak semua cerita harus gue share, dan ini bukan cerita baik yang harus dibagi-bagi. Jadi terima aja apapun jawaban gue tanpa harus terus menerus bertanya. 

Lalu datanglah masalah lain "move-on". Jaman trendy teknologi canggih dimana sosial media bertebaran, kata ini menjadi semakin beken. Lagi yaa... wahai teman, sodara, handai tolan.. gue tau banget harus terus berjalan.. iya ini jalan terus kok, gak jalan mundur. Tapi coba yaaa gak perlu segitunya membuat gue terus berjalan dengan cara pikir kalian. I have my own way to handle this, maybe it's not mainstream, but that's the way it is. For me, instead of wondering what will happen to this person, I rather choose to become friend and know what someone's doing with my eyes that perhaps will keep my mind to think over and over again (mikir mulu bisa bikin gila sik :P). Percayalah I am working on it, lagian "move-on" kan bukan berarti tidak boleh berteman, udah bukan jaman konvensional lagi dimana move-on itu identik dengan tidak berhubungan sama sekali. Move-on dengan cara seperti itu mungkin berhasil untuk kebanyakan orang, sayangnya gak berhasil di gue. So please stop, let me do it with my own way, and I did.

Sejujurnya gue juga bingung kenapa akhirnya gue nulis ini, tapi ini bisa gue tujuan untuk mereka.. iya mereka, "yang selalu bertanya"....


It's been years for me to live on the street, let's find a way back home...
Happy birthday to me


-Xoxo-

2 comments:

  1. Ehem...
    ehemmm
    ehemmmm

    Iya, saya termasuk umat jamaah "mereka yang selalu bertanya". 😆

    But, i do agree on your point about move n. Everybody have their own way to live this life, and -heck yeah- move on is one of them.

    Jadi,
    Kapan kita kejar jodoh kemana? 😗

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kak kita coba kejar jodoh di Penang dulu yaa, kalo gak berhasil kita cari tempat lain.. Kalau perlu keliling dunia kak... Hahaha.
      Btw ini abis nonton Pretty Woman, jadi kepikiran "whore aja ada pasangannya yak" :P

      Delete