Sunday, November 11, 2012

Life happens


Meminjam salah satu judul bab yang ada di buku ‘Catatan Mahasiswa Gila’ karangan Adhitya Mulya. Yes It’s indeed life happens. Kalau saja kita lebih bisa membuka pikiran positif kita dan atas banyak alasan yang seharusnya baik untuk kita, hidup memang penuh kejutan. Salah satu nya pengalaman hidup saya.

Kadang saya merasa ingin balik ke kantor lama, rindu ERS dengan segala pekerjaan dan pertemannya.  Sejujurnya saya menyukai pekerjaan semacam itu dengan segala tantangan yang tidak membuat bosan. Merasa menyesal? pernah kok! Tapi bukan berarti penyesalan tiada akhir.  Semua pasti ada trade-off nya.  Hal-hal yang menurut saya sebuah pengalaman yang tidak perlu dilupakan tapi dikenang. Ya saya akan berbagi beberapa hal yang saya dapatkkan dari kantor lama. 

Pertama kali menyandang gelar sebagai pekerja, saya kedapatan project Risk Management di salah satu Bank ternama di Indonesia. Proyek ini dikerjakan bersama Deloitte Singapore dan Deloitte Australia. Bisa dibayangkan anak baru lulus macam saya dengan Bahasa Inggris ala kadarnya, harus kerja bareng bule. Walaupun kebanyakan diamnya daripada berkicau, Alhamdulillah saya berhasil melewati tantangan pertama dan berhasil menjalin pertemanan dengan salah satu staff DC Singapore. Hey Cynthia, how are you?

Kedapatan manager orang padang totok yang membukakan pintu rejeki buat saya menjadi pengajar privat adek kakak Corinna Soetoyo dan Celestia Soetoyo. My big thanks to Bang Iyal.

Project diujung utara Jakarta yang membuat saya dan Nadina harus kos selama satu bulan. Hahaha, paling tidak saya jadi pernah merasakan yang namanya kos sebagai pekerja. 

Project yang bikin jetlag pesawat dari Singapore Airlines dan besoknya langsung terbang naik Linus Air yang bahkan saya gak tau airlines apa itu. Dari salah satu kota megapolitan di Asia tenggara ke tengah hutan sawit di Kalimantan sana. What an experience!

Bertahan sendiri untuk satu project dari mulai planning sampai reporting dan melakukan stand-alone conference call dengan staff Deloitte San Fransisco. Pernah berharap, suatu hari nanti saya harus bertemu Tyler. 
Directly or indirectly been working with Deloitte Singapore, Malaysia, San Fransisco, Shanghai, New York, Japan, Houston, Australia and New Zealand. Certainly they gave me many experiences.


Asia Pacific ERS Boot Camp. Saat itu kita (saya lebih tepatnya) tidak berpikir untuk traning tapi traveling. - Pattaya - Bangkok - Singapore -. 
Menjadi EO kantor untuk outing dan tahun baru. Sungguh rindu masa-masa ini, selalu dijadikan alasan untuk kabur dari kantor. Berburu barang lucu-lucu di Asemka. Tiba-tiba survey ke Sukabumi. Hahaha... dan selalu melakukan ini bersama Nadina, my partner in crime for EO-thing. 

Banyak hal yang dirindukan.

Rindu lembur bareng Nadina di KFC kemang atau starbuck manapun ketika kita sudah bosan bekerja di Kantor. Rindu caranya Fachrin mengeluh dan selalu jadi bahan celaan kita. Merindukan para manajer yang superb dan bisa berkomunikasi dengan kata ‘gw-elo’.

Tidak semua hal yang menyenangkan yang saya dapat. Kecewa pun pernah saya rasakan. Tapi semua itu berakhir ketika pada akhirnya saya diterima di Kementrian Keuangan dan dengan pikiran sadar saya memutuskan untuk pindah kerja. Seorang saya yang pernah bertekad untuk tidak bekerja sebagai PNS kecuali Pegawai Negara (baca : pegawai BI).

3 November 2010, pengumuman itu keluar. Hari dimana saya mencetak formulir aplikasi The Hauge University di Belanda. Dan dengan pikiran sadar saya saat itu, saya yakin mungkin ini jalan dari Tuhan untuk memperbaiki diri.

1 Desember 2010, hari pertama saya sebagai pegawai Honorer Kementrian Keuangan. Saya posting di Facebook quote dari salah satu Presiden Amerika John F. Kennedy "And so, my fellow Americans: ask not what your country can do for youask what you can do for your country”. And will land my feet on JFK International Airport someday. That is my wish. City of JFK Internal Airport, the big Apple!

Satu tahun lebih saya menjalani ini. Segala rasa jadi satu. Senang, sedih, kecewa semua pun pernah dirasakan. Pernah sangat merasa kalau pekerjan ini bukan saya banget, ya.. seorang saya!
Pekerjaan rutin yang tidak dikejar deadline singkat, malah justru sering membuat saya menunda pekerjaan itu.  Kalau boleh mengeluarkan apa yang ada dipikiran saya, somehow saya merasa degradasi otak. Bukan, bukan karena saya merasa pintar, hanya saja saya butuh tantangan yang lebih, untuk memacu otak saya bekerja lebih. Tahu sangat saya tidak boleh mengeluh karena ini adalah konsekuensi dari pilihan yang saya buat dengan sadar.

Kemudian saya mulai mencari apa sebenarnya yang bisa saya dapatkan dari sini. Mungkin saat ini saya belum banyak meningkatkan kualitas ilmu eksakta saya, tapi disini saya bisa meningkatkan kualitas hidup. Bayangkan kalau saat ini saya masih menjadi auditor atau konsultan, mungkin saya akan terlihat pintar dan professional tapi seakan-akan saya tidak punya banyak waktu untuk memikirkan hidup saya. Saya hanya sibuk bekerja dan ketika memiliki waktu senggang, saya hanya berpikir untuk memanjakan hidup. 

Kalau boleh menggunakan istilah IQ (Intelligent Quotient), EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quatient), saat ini saya punya banyak waktu untuk meningkatkan EQ dan SQ disamping meningkatkan IQ saya. Ya, seharusnya hal ini sangat mungkin dilakukan. Walapun saya yakin belum sepenuhnya bisa, tapi sedikit demi sedikit dicoba gak ada yang salah kan?!.  

Disini saya juga mendapatkan pertemanan yang beda dari teman ketika saya menjadi auditor dulu. Teman yang berpikiran sederhana tapi bisa membuat hidup saya penuh tawa setiap harinya. Pesta ulang tahun kecil-kecilan yang selalu dipersiakan seolah-olah itu surprise padahal pun kita semua sudah bisa menebak (^_^)

Dan satu yang membuat saya sangat senang, dengan budget seadanya saya bisa tetap travelling keliling Indonesia atau bahkan ke luar negeri. Sekadar menginjakan kaki di Negara yang bernama bukan Indonesia atau di kota yang bukan Jakarta, tanpa harus menginap di hotel nyaman atau harus berkeliling naik taksi, saya sudah senang! 

Saya senang dengan kesederhanaan yang tercipta disini. Saya senang ternyata saya masih punya mimpi! This place may not give me abundant material-thing, yet this place certainly gives me abundant lesson learn, life lesson itself.

Satu cerita lagi. Ternyata hati saya masih menyala.
Tempat ini memberikan saya kesempatan untuk mengenal seseorang. Seseorang yang tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya. Satu pertayaan sederhana membuat saya berkeingan untuk kenal lebih jauh dengan dia. Tapi siapa sangka ternyata saya membiarkan diri saya jatuh dan membuka kesempatan untuk merasa lagi.  Setelah kejadian titik terendah dalam hidup saya di tahun 2007, tidak mudah bagi saya untuk memulai lagi. Saat itu saya berpikir, mungkin hati ini sudah mati rasa. Pernah mencoba tapi tidak seperti apa yang saya rasakan sekarang. 

Dalam lagu Set the Fire, Adele bilang:
“I let it fall, my heart and as it fell you rose to climb it. It was dark and I was over, until you kiss my lips and you save me.”

Cerita dibagian akhir ini buat kamu yang disana. Kamu yang telah berbagi sedikit pengalaman ke kehidupan saya. Maaf kalau saya senang mengutip kata-kata orang lain, Windy Ariestanty menulis di Life Traveller “Sometimes, we have to spend so much time coming up with conclusion that we already know”. Dari awal pun sebenarnya kami sadar kalau hubungan ini tidak akan naik tingkat. Ya kami hanya mencoba menikmati dan mengulur waktu sampai saat dimana kami bisa menggunakan akal sehat untuk mengakhiri ini. 

Atas apapun yang harus diakhiri, “kami benar-benar selesai. Yes it’s done already. Full stop. No comma. No Space. There is no option but done itself”.

Dengan pengalaman ini, sepertinya Tuhan telah mengingatkan saya. Mengingatkan kalau hati saya masih menyala dan ya, saya masih bisa merasa. 

Terima kasih Tuhan.

-Ditulis 13.03.2012-

No comments:

Post a Comment